Selamat Datang di Situs ISBDS Cipta Sejati Cabang Sumenep - Sekretariat : Jln. Pelabuhan Gersik Putih Barat HP : 085 232 435 621 - 087 850 111 728"

Cari Blog Ini

Keluarga Besar ISBDS CIPTA SEJATI Cabang Sumenep Insya Allah akan mengadakan acara Pembukaan Pusat Daya (PPD) & Kenaikan Tingkat, Kamis & Jum'at 24 & 25 Maret 2016 "

Jumat, 16 September 2011

BUKTI ILMIAH BEKAM (HIJAMAH)


Berikut ini beberapa hasil laboratorium yang saya kutip dari buku karya ilmuwan Arab yang tersohor, Muhammad Amin Syaikhu, yang berjudul Ad-Dawa’u ‘l-’Ajib (Obat Ajaib). Dimana laporan ini dibuat oleh dokter-dokter spesialis terkenal dalam berbagai bidang kedokteran, yang kemudian dihimpun dan diteliti kembali secara medis oleh penulis dan seorang intelektual, ‘Abdul Qodir Yahya, yang terkenal dengan julukan Ad-Dironi.

Laporan Umum Penelitian tentang Pengobatan dengan Metode Bekam Tahun 2001 M, Dibawah konsultan dr. Muhammad Nabil Syarif (Mantan Dekan Fakultas Farmasi)

Penelitian dilakukan oleh Tim Laboratorium yang terdiri dari beberapa ahli :

• dr. Muhammad Nabil Syarif (Dekan Fakultas Farmasi)
• dr. Ahmad Samir Fauri (Ahli Patologi Klinik dan Laboratorium dari Prancis dan Ketua Ikatan Apoteker Syiria)
• dr. Fayiz Hakim (Ahli Patologi Anatomi dan Patologi Klinis, Amerika)
• dr. Muhammad Mahjub Geraudy (Ketua Jurusan Laboratorium Kedokteran Universitas Damaskus)
• dr. Muhammad Fuad Jabashini (Ahli Patologi Klinis dan Laboratorium Prancis)
• dr. Sa’d Yaqub (Ahli Farmasi Rumah Sakit dan Ketua Organisasi Pengiriman Obat D.D.S dari Prancis)

Juga tim kedokteran yang terdiri dari beberapa personal sebagai berikut :

• dr. Ahmad Tikriti (Dosen Ahli Bedah Jantung, Universitas Damaskus)
• dr. Abdul Malik Syalani (Dosen Penyakit Saraf, Universitas Damaskus)
• dr. Muhyidin Sa’udi (Dosen Pengobatan Kanker dan Tumor, Universitas Damaskus)
• dr. Abdul Ghoni ‘Arofah (Ketua Komite Anti TBC dan Penyakit Seksual Syiria)
• dr. Akrom Hajar (Dosen Penyakit THT serta Bedah Kepala dan Leher, Universitas Damaskus)
• dr. Marwan Zahro (Kepala Jurusan Bedah Saraf, Rumah Sakit Tasyrin)
• dr. Abdul Lathif Yasin (Dosen Tamu Fakultas Kebidanan London)
• dr. Haitsam Habal (Dosen Penyakit dan Bedah Mata Universitas Damaskus)
• dr. Ahmad Afif Faur (Kepala Bagian Tumor Rumah Sakit Ibnu Rusyd)
• dr. Amin Sulaiman (Dosen Hematologi Universitas Damaskus)
• dr. Abdulloh Makki Al-Katani (Konsultan Bedah Umum dari Jerman)
• dr. Tholal Habusy (Dosen Bedah Mata Universitas Al-Ba’ts)
• dr. Ahmad Ghiyats Jabqoji (Dosen Penyakit Saraf Universitas Istambul)

Penelitian ini dilakukan berdasarkan metodologi ilmiah yang disimpulkan oleh intelektual besar Arab, Muhammad Amin Syaikhu, dari hadits-hadist Nabi yang mulia, yang dilakukan dengan kriteria : (1). Pagi hari sebelum seseorang mengkonsumsi makanan apapun. (2).Di musim semi dan selama bulan april dan Mei (3). Pada paruh kedua bulan Qomariah (3). Usia di atas 20 tahun untuk pria dan setelah menopause untuk wanita.

Penelitian dilakukan terhadap 300 kasus, dengan hasil penelitian sebagai berikut :

• Kasus tekanan darah tinggi (hipertensi),
tekanan darah turun hingga mencapai batas normal.

• Dalam kasus tekanan darah rendah (hipotensi), tekanan darah naik hingga mencapai batas normal

• Garis Irama jantung pada EKG menunjukkan perbaikan besar dan kembali kepada konsisi normal dalam irama yang teratur.

• Penurunan kecepatan aliran darah hinga batas normal


• Jumlah sel darah merah (eritrosit)
menjadi normal

• Dalam kasus polisitemia
(Kelainan dimana kadar Hb darah diatas normal, misal 17,5 g/100 ml) Kadar Hb (Hemoglobin) turun sampai pada batas normal (12-14 g/100 ml – penerj)

• Dalam kasus penurunan kadar hemoglobin (Anemia), Kadar Hemoglobin naik sampai normal yang ditandai dengan aktivitas tubuh dan perkembangan kemampuannya dalam memproduksi sel darah merah secara normal, selanjutnya meningkatkan aktivitas dan efektivitas transfer oksigen melaluinya.

• Jumlah sel darah putih (lekosit) meningkat dalam 60% kasus dan masih dalam batas normal.

• Jumlah sel darah putih pada penyakit paru-paru meningkat 71,4% pada beberapa kasus. Ini menunjukkan kesembuhan yang cepat bagi para pengidap rheumatism dan infeksi kronis setelah adanya pembekaman.

• Jumlah polimorfonuklear (PMN) meningkat dalam batas normal dalam 100% kasus penyakit paru-paru.
• Jumlah polimorfonuklear (PMN) menurun hingga batas normal.

• Jumlah enzim hati turun pada gangguan liver dalam 76,9% kasus dan hal itu masih dalam batas wajar.

• Jumlah seruloplasmin naik dalam 50,6% kasus.
Ket : Seruloplasmin adalah protein pengangkut tembaga. Salahsatu sebab disfungsi hati yang jarang adalah penyakit Wilson atau degenerasi hepatolentikular, yakni penyakit genetik yang ditandai oleh penimbunan tembaga di hati, mata dan organ lain.

• Jumlah seruloplasmin naik hingga batas normal dalam 100% kasus kekurangan dari batas normal.
• Jumlah seruloplasmin turun hingga batas normal dalam 10% kasus kelebihan dan dari batas normal.

• Kadar gula darah pada 83,75% kasus turun, sedangkan sisanya tetap pada batas wajar.
• Kadar gula darah turun pada para pengidap kencing manis dalam 92,5% kasus.

• Jumlah sel darah merah (eritrosit) maupun sel darah putih dalam darah turun dalam 66,66% kasus sedangkan Jumlah sel darah merah meupun sel darah putih naik dalam darah bekam pada semua kasus

• Jumlah sel darah merah dan sel darah putih turun pada 78,47% kasus

• Jumlah asam urat darah turun pada 66,66% kasus
• Jumlah asam urat darah turun pada 83,68% kasus
• Jumlah asam urat darah turun pada 50,7% kasus
• Jumalh asam urat darah turun pada 80% kasus

• Enzim hati SGPT turun pada 80% kasus, dimana SGPT menunjukkan aktivitas liver.
• Enzim SGOT turun pada 80% kasus, ini menunjukkan perbaikan yang terlihat pada irama jantung.
• Enzim hati turun pada 62,85% kasus

• Kadar enzim Amilase darah turun dalam 54,9% kasus

Ket : Amilase adalah enzim cerna yang memecahkan zat pati (Amilum) menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih kecil sehingga dapat diserap. Sel yang mempunyai aktivitas amylase dan bermakna secara fisiologis dan diagnosis adalah kelenjar ludah dan pancreas. Amilase dalam serum meningkat pada radang pancreas (Pankreatitis Akut), Pseudokista dalam pancreas, pemberian morfin, karsinoma pancreas, gondongan (parotitis), dll.

• Kadar Albumin dalam darah turun dalam 100% kasus sampai pada batas normal.

• Kadar kolesterol dalam darah turun dalam 81,9% kasus.
• Kadar kolesterol dalam darah turun pada 75% kasus
• Kadar lemak Trigliserida turun dalam 75% kasus

• Ion-ion K dan Na kembali pada kadar normalnya dalam 90% kasus

Ket : Kalium (K) mempengaruhi beberapa organ tubuh utama, termasuk jantung.Tingkat kalium dapat meningkat akibat gagal ginjal, dan dapat tidak normal akibat muntah atau diare.

Natrium (Na) menunjukkan keseimbangan gula dan air. Natrium juga menunjukkan baik-buruknya kerja ginjal dan kelenjar adrenal kita. Umumnya, tingkat natrium yang tidak normal dalam darah menunjukkan volume darah yang terlalu rendah (akibat dehidrasi) atau terlalu tinggi. Keadaan ini juga bisa terjadi jika jantung tidak memompa darah sebagaimana mestinya.

• Ion-ion Ca kembali normal dalam 90% kasus
Ket : Kalsium (Ca), adalah bagian utama dari tulang dan gigi. Kalsium juga dibutuhkan agar saraf dan otot bekerja dengan baik, serta untuk reaksi kimia dalam sel. Tubuh kita mengatur jumlah kalsium dalam darah. Namun tingkat protein dalam darah dapat mempengaruhi hasil tes kalsium (lihat albumin di bawah).

• Seluruh sel darah merah dalam darah bekam dari daerah tengkuk (Titik Kaahil) berbentuk aneh : Hypochromasia, Burr, Target, Crenated, Spherocytes, Poicilocytes, Shistocytes, Teardropcelles, Acanthocytes.

Ket : Burr cells (Acanthocyte) ; eritrosit yang berduri-duri pada permukaannya, terdapat pada DIC, kelainan metabolisme lemak, sirosis hati alcohol, uremia, MAHA (microangiophatic hemolytic anemia).

Sel target ; Leptosit adalah eritrosit yang lebih tipis dari normal dan bagian tengahnya menebal, sehingga setelah dicat dengan pewarna akan tampak dari atas seperti papan target penahan (sel target); terdapat pada Hb C, thalassemia dan Anemia Defisiensi Besi.

Spherocytes ; eritrosit yang lebih bulat sehingga tampak tercat lebih kuat, terdapat pada sferositosis (Anemia sferositik), pada sindrom thalassemia. Sferosit sering berukuran lebih kecil dari normal (mikrosferosit), tedapat pada autoimmune hemolytic anemia (AIHA) tipe hangat (warm), hemolytic disease of the newborn (HDN) karena inkompatibilitas ABO.

• Bentuk eritrosit dalam darah bekam semuanya tidak normal

• Jumlah sel darah putih di darah bekam hanya 10% dari jumlah sel-sel darah putih yang ada di pembuluh darah, ini menunjukkan bahwa bekam tetap menjaga unsur-unsur kekebalan (imunitas) tubuh.

• Kenaikan kadar besi dalam darah pada batas normal pada 66 % kasus

Ket : Kadar besi dalam serum yang rendah terjadi pada kasus defisiensi akibat perdarahan menahun, melahirkan, sindrom nefrotik, infeksi menahun, metastasis kanker, dan intake makanan yang kurang. Sedangkan kadar besi meningkat karena hemokhromatosis, hemosiderosis, anemia hemolitik, thalasemia, intoksikasi timbal, hepatitis akut, dll.

• Faktor IV, yaitu kalsium yang berperan dalam pembekuan darah sangat tinggi, berkisar antara 411-1057, sementara di dalam pembuluh darah berkisar antara 250-400. Ini menunjukkan bahwa adanya sesuatu yang otomatis mencegah keluarnya besi dari celah-celah bekam dan mempertahankannya di dalam tubuh agar berperan dalam pembentukan sel-sel baru, dan hal ini dibarengi dengan meningkatnya aktivitas proses penyerapan besi dari usus.

Ket : Faktor IV atau ion kalsium, diperlukan untuk aktivasi factor IX, untuk membantu aktivasi factor X oleh kompleks IXa-VIII-fosfolifid, membantu perubahan protrombin menjadi thrombin oleh factor Xa dan untuk polimerisasi monomer fibrin. Untuk pembekuan, baik in vivo maupun in vitro, sedikitnya diperlukan kalsium sebanyak 2,5 mg/dl.

• CPK (Creatine Phosphokinase) turun dalam 66,66% kasus dan menjadi normal dalam 92,4% kasus

Ket : CPK atau kreatinekinase mengkatalisis pertukaran fosfat secara reversible antara kreatin dan ATP (Adenosinetrifosfat), ia berperan penting dalam menyimpan dan melepaskan energy dalam sel terutama dalam otot bergaris, otot jantung dan dalam jumlah kecil dalam otak. Kadar CPK dalam serum darah meningkat signifikan setelah terjadi kerusakan otot, seperti pada kasus Dsytrophia muscularis Duchenne, Polimiositis, Infark Miokard, dll.

• LDH (Laktat dehidrogenase) menjadi normal pada 93,75 % kasus.

Ket : Banyak jaringan mengandung LDH yang berfungsi mengkatalisis perubahan reversible laktat ke piruvat. Kadar LDH meningkat signifikan pada Anemia megaloblastik, Metastasis Karsinoma khususnya ke hati, Syok dan Hipoksia, Hepatitis, Infark Ginjal, Infark Miokard, dll.

Hasil-hasil penelitian diatas sungguh mencengangkan, mencerminkan banyak kondisi kesembuhan yang luar biasa. Semua itu merupakan bukti keagunan ilmu Nabi dan mukjizat besar yang dibawa oleh “guru pertama”, Rosulullah Muhammad Shallaahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian disampaikan kepada kita oleh ilmuwan besar Arab, Muhammad Amin Syaikhu.

(Ditulis untuk http://kaahil.wordpress.com dengan sedikit tambahan keterangan dari dr.Abu Hana untuk memperjelas hasil laboratorium)

Sumber : Aiman bin ‘Abdul Fattah, KEAJAIBAN THIBBUN NABAWI : Bukti Ilmiah dan Rahasia
Kesembuhan dalam Pengobatan Nabawi ( Judul Asli : Asy-Syifa’ min Wahyi Khotami ‘l-Anbiya),
Penerbit Daaru ‘sh-Shohifah

Minggu, 29 Mei 2011

KEAJAIBAN BUNGA


TERNYATA, dari penelitian ilmiah, mandi bunga itu dapat membersihkan cakra sebagai pusat energi manusia yang pada proses selanjutnya dapat menguatkan medan aura. Maka, pengantin yang dalam kesehariannya nampak ”biasa-biasa” saja, setelah mandi bunga, memiliki daya magnet tersendiri yang membuat siapa pun yang memandangnya merasa lebih terpesona karena ”kerja” dari auranya yang sudah dibersihkan.

Proses penguatan dan pembersihan aura itu, berawal dari meningkatnya kebugaran fisik dan psikisnya yang salah satunya didapatkan melalui mandi bunga. Bahkan, selain energi bunga, bau (harum) bunga-bunga tertentu itu, juga dapat mempengaruhi pusat saraf manusia untuk beraktivitas yang serba positif.

Dari berbagai literatur kitab-kitab klasik, manfaat bunga banyak kita temukan. Dan Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi pun banyak mengupas tentang manfaat bunga mawar yang disebut sebagai raja bunga, melati sebagai penenang, teratai, pacar atau inai, dan sebagainya. Dan yang membongkar total misteri di balik bunga itu, justru orang yang tidak pernah menjalani laku tirakat, yaitu, seorang dokter asal Inggris, Edward Bach pada tahun 1930.

Aromaterapi

Selain energinya, bunga juga memiliki bau yang khas. Penelitian yang dilakukan beberapa dokter jiwa di Inggris, setiap berkumpul 100 holligan, maka di situ muncul bau khas, yang pada dasarnya bau itu tidak dapat dicium, namun hakikatnya ada. Yaitu, bau yang merangsang saraf massa untuk berprilaku brutal.

Yang menjadi pertanyaan, jika Tuhan menciptakan bau yang merangsang orang menjadi beringas, tentu Tuhan pun menciptakan bau khas yang lain sebagai penyeimbang dalam kehidupan. Artinya, ketika ada yang negatif, tentu ada yang positif. Diyakini sepenuhnya bau yang positif itu dapat diperoleh dari bau (harum) bunga-bungaan, dan dari sini pula kemudian muncul apa yang disebut Aromaterapi. Yakni, penyembuhan dengan memanfaatkan bau bunga-bungaan tertentu.

Sebelum tahun 1350 M Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi sudah mengupas tentang manfaat berbagai bunga. Misalnya, bunga mawar yang olehnya disebut sebagai bunga yang bermanfaat untuk memperkuat perut serta membantu pencernaan, dan sebagainya.

Nenek moyang kita meyakini bau khas bunga-bungaan yang pada umumnya wangi jika tercium, atau bentuknya yang indah jika dilihat, maka secara alami hal itu mendatangkan rasa nyaman dalam perasaan. Orang moderen menyebut proses ini dengan istilah rileksasi. Yaitu, mengendorkan trauma emosional sebagai penyebab utama datangnya penyakit.

Menurut para peneliti, ada lima langkah sederhana mencapai kesehatan secara menyeluruh. Yaitu:

- Melepaskan hambatan atau blocking energi yang disebabkan oleh ketidakharmonisan emosional dan spiritual.

- Melawan vibrasi beracun disebabkan oleh kehidupan modern.

- Menstabilkan emosi, hal ini memungkinkan tubuh untuk membereskan problem fisik yang terkait dengan hal tersebut.

- Membantu asimilasi gizi dalam tubuh.

- Mendukung kemampuan alami penyembuhan yang dimiliki tubuh hingga tingkat yang sangat mendalam.

Trauma emosional salah satu problem yang paling mengganggu dalam kehidupan kita. Misalnya, orang yang merasa hidupnya bahagia dan dapat mengisi waktu-waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat serta menyenangkan hatinya, pada umumnya jarang sakit.

Sebaliknya, orang yang merasa hidupnya kurang bahagia (sial) dan waktu-waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang bertentangan dengan apa yang disukainya, maka ia menjadi mudah sakit akibat faktor kejiwaan (psikis).

Hanya mengandalkan vitamin saja, umpamanya, kesehatan yang hakiki tidak mungkin dapat diraih. Mengapa? Adanya blocking energi akibat hal-hal yang psikis itu, seseorang mudah terganggu pencernaannya, dan ini pun akan menguras gizi yang ada dalam tubuh kita.

Mandi Bunga

Tetapi energi, semisal dengan vibrasi energi bunga, bekerja untuk menstabilkan medan energi, maka sistem pencernaan pun berfungsi dengan baik. Sehingga tubuh memiliki kemampuan melakukan asimilasi gizi. sementara metode untuk memanfaatkan energi bunga yaitu, mandi bunga, dan cara modern tidak harus tujuh rupa serta tidak harus pada tengah malam. Karena jika fisik kurang fit, malah masuk angin atau kambuh rematiknya.

Manfaat mandi bunga dengan mudah dirasakan ketika seseorang dalam kondisi sedang gelisah, tegang atau stres. Karena itu, orang-orang tradisional mengobati orang yang jiwanya sedang terganggu dengan cara dimandikan air bunga, bahkan termasuk orang yang telat umur belum juga menikah pun disarankan agar sering mandi bunga tujuh.

Bagaimana memanfaatkan bunga? Ada berbagai cara menggunakan bunga sebagai obat. Yaitu, sebagai obat oral (dimasukkan/dimakan) dan sebagai obat luar. Namun ada cara yang mudah dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Cara termudah memanfaatkan bunga untuk diambil energinya, adalah dengan cara yang sudah dikenal oleh nenek moyang kita berabad-abad silam. Yakni mandi bunga.

Menurut para pakar, memanfaatkan energi bunga yang benar adalah:

- Masukkan berbagai bunga yang sedang mekar penuh, yang memiliki energi positif (semisal: mawar, melati, kenanga, dll) ke dalam wadah (ember, dll) berisi air putih (bersih). Lebih sempurna jika wadah itu terbuat dari kristal, karena bahan ini memiliki daya serap lebih tinggi sehingga meningkatkan kekuatan vibrasi.

- Jemur pada sinar matahari minimal 3 jam. Lebih lama lebih baik. Sinar matahari membantu melepaskan energi bunga ke dalam air. Ketika bunga-bunga itu sudah layu, maka energi bunganya sudah menyatu dengan air dan siap digunakan untuk mandi.

- Dalam proses menjemur bunga dalam air pada panas matahari, sebaiknya dilakukan sendiri. Usahakan orang lain tidak ikut membantu atau menyentuhnya. Ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya proses pemindahan energi bunga.

- Setelah dianggap cukup waktu, diamkan sejenak, atau gunakan air bunga itu untuk mandi setelah airnya dingin. Dan air bunga itu dapat digunakan sebagai obat. Sedangkan untuk mempertahankan energinya, pindahkan air itu ke dalam botol kedap cahaya dan menjauhkannya dari cahaya matahari secara langsung. Untuk mempertahankan energi, dapat menyampur air itu dengan alkohol, atau beberapa tetes Brendy sebelum disimpan.

Cara mengambil energi bunga yang paling sederhana ini sering digunakan untuk tujuan rileksasi. Bahkan pada kalangan tertentu cara ini digunakan untuk terapi dari gangguan kejiwaan (depresi, stres, dll).

Dari pengamatan Dr Bach, setelah mengamati banyak manusia, ia menyimpulkan sikap mental, seperti ketakutan, kecemasan, tidak percaya diri dan rasa ingin memiliki itu sama artinya dengan menyiapkan dirinya menghadapi serangan penyakit.

Sebaliknya, jika pola pikir orang itu menjadi positif, melalui penggunaan terapi bunga atau terapi energi lainnya, maka penyakit akan pergi karena tidak dapat bertahan lebih lama lagi.

Dr Bach menyadari kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit, ada kemungkinan sulit diperbaiki lagi, tetapi ia meyakini banyak penyakit dapat dihindarkan dengan mengubah sikap mental. Jadi, obat-obatan versi Bach (dengan energi bunga) juga dimanfaatkan untuk mencegah penyakit sekaligus mengurangi pengaruh dari situasi dan kondisi yang tidak dapat dihindarkan.

Sebagai Obat

Dalam hal memanfaatkan energi bunga sebagai obat, ada yang menggunakan cara mengumpulkan embun pagi (yang masih hangat) dari bunga-bungaan tertentu. Atau menempatkan bermacam-macam bunga dalam suatu wadah lalu dilayukan pada panas matahari terlebih dahulu.

Untuk pengobatan dari penyakit yang disebabkan oleh pola hidup yang salah, harus dicari sikap hidup yang paling menonjol pada diri pasien. Pada umumnya, terdapat lebih dari satu sikap yang menonjol sehingga digunakan lebih dari satu jenis bunga yang disesuaikan dengan penyakit yang dialami. Sebagian besar penyakit yang terjadi, menurut falsafah Timur, penyebabnya adalah adanya gangguan pada mental, emosional dan spiritual. Artinya, ketika seseorang sudah mulai rileks, maka sakitnya pun mulai berkurang, atau bahkan sembuh.

Pemanfaatan energi bunga ini, oleh pakar aura sudah diteliti kebenarannya. Terbukti, setelah memanfaatkan energi bunga dalam bentuk tablet/pil, atau dengan cara mandi bunga secara konvensional, foto aura menunjukkan perubahan yang lebih positif. Dari sisi mental, emosional maupun spiritual, cakra lebih aktif, aura pun lebih terang dan kuat.

Berbagai penyakit yang terjadi pada diri seseorang, penyebab terbesarnya adalah faktor kejiwaan. Artinya, ketika jiwa seseorang sedang dalam problem, maka fisiknya pun terbawa sakit. Namun demikian, tidak setiap penyakit itu timbul dari faktor kejiwaan (psikis). Dalam kitab klasik ”At-Thibbun Nabawi” dijelaskan penyakit disebabkan oleh gangguan cuaca, salah makan (racun), luka, gangguan makhluk halus dan faktor kejiwaan. Dalam penelitian para ahli, dari lima penyebab itu, faktor kejiwaanlah yang paling mendominasi.

Sabtu, 14 Mei 2011

Berkenalan dengan Malaikat


Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib kita imani dalam rukun iman. Mengimani malaikat merupakan syarat sahnya iman dan membenci malaikat adalah kufur. Dan mengada-adakan malaikat adalah perbuatan orang kafir, seperti sekarang ini kita melihat di TV dan film-film barat, malaikat diwujudkan memiliki sayap seperti burung dan ada lingkaran dikepalanya. Ini bukanlah malaikat karena tidak ada manusia biasa bisa melihat malaikat kecuali para Nabi.

Pun didalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi, malaikat disebutkan memiliki bentuk yang tidak dapat dijangkau akal dan pikiran manusia yang bagaikan setetes air lautan (hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui).

Jika ada yang bertanya : “Bagaimana anda beriman kepada Malaikat?"". Maka jawablah : “Bahwasanya malaikat itu banyak sekali dan bermacam-macam tingkat dan pekerjaan serta bentuknya dan hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui”. Diantara para malaikat itu adalah :

  1. Malaikat Hamalatul ‘Arsyi

Malaikat Hamalatul ‘Arsyi adalah para malaikat pemikul ‘Arsy. Mereka ini tingkatan malaikat tertinggi dan pertama diciptakan. Mereka di dunia ada 4 dan di hari kiamat kelak ada 8. Bentuknya seperti kambing, antara tapak kaki sampai lututnya dapat ditempuh perjalanan tujuh puluh tahun bagai burung yang cepat terbangnya.

2. Malaikat Haaffun

Malaikat Haaffun yaitu malaikat yang mengelilingi Arsy. Wahab bin Munabbih berkata : “Bahwasanya disekitar Arsy itu ada 70.000 barisan malaikat. Satu baris dibelakang barisan itu berhadapan. Mereka membaca tahlil dan yang lain membaca takbir.

Dibelakang 70.000 barisan malaikat yang berdiri, ada 100.000 barisan malaikat yang meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya dengan membaca tasbih. Antara satu sayap jaraknya perjalanan 800 tahun. Antara daun telinga dengan pundaknya jaraknya perjalanan 400 tahun”.

3. Malaikat Ruhaniyun

Malaikat Ruhaniyun yaitu malaikat bangsa ruhani, mereka berada di bumi putih seperti marmer, luasnya seluas perjalanan matahari 40 hari, panjangnya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah. Suara mereka sangat ramai dengan bacaan tasbih dan tahlil. Andai kata suara mereka dibuka dan diperdengarkan kepada penduduk bumi maka mereka sungguh hancur karena kerasnya suara itu.

4. Malaikat Karabiyyun

Malaikat Karabiyyun adalah kepala-kepalanya (komandan) para malaikat yang berada di sekitar ‘Arsy.

5. Malaikat Safarah

Malaikat Safarah yaitu para malaikat yang menjadi penghubung antara Allah dengan para Nabi dan orang-orang saleh. Mereka inilah yang menyampaikan perintah-perintah Allah melalui wahyu, ilham, dan mimpi yang baik kepada para Nabi dan orang-orang saleh. Mereka juga sebagai penghubung antara Allah dengan para makhluk-Nya, mendatangkan bukti ciptaan Allah. Malaikat Safarah ini ada 4 yaitu Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.

6. Malaikat Hafadhah

Malaikat Hafadhah termasuk malaikat penjaga manusia. Muhammad Al Khalili berkata : “Diriwayatkan, bahwa sahabat Ustman bin Affan r.a bertanya kepada Nabi SAW : “Berapakah malaikat yang menjaga manusia?”. Nabi bersabda : “Ada dua puluh malaikat””.

7. Malaikat Katabah

Malaikat Katabah adalah para malaikat yang memindahkan ketetapan-ketetapan dari Lauhil Mahfudh.

Iman kepada malaikat adalah wajib, tapi tidak boleh kita pikirkan fisik dan bentuknya karena semuanya adalah rahasia Allah. Apa yang saya tulis diatas bukan untuk kita pikirkan dan tidak boleh terbersit dalam hati karena hanya Allah SWT Maha Mengetahui. Tapi mempercayai dan meyakini adanya malaikat itu yang terpenting.

“Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya” (QS. Al Baqarah:285)

Sumber : (Menyingkap 110 Misteri Alam Kubur, Salim Hadad)

Senin, 18 April 2011

Mengenal Sang Sultan Aulia (Syekh Abdul Qadir Jailani) 2


Hadhrah Abdul Qadir tampil sebagai contoh penting yang menunjukkan bahwa dalam Islam, mencari ilmu me­rupakan kewajiban suci—atas setiap muslim dan muslimah , dari buaian hingga liang lahat. la telah mengungguli sufi terbesar pada zamannya. la hafal Alquran dan belajar tafsir kepada Ali Abul Wafa al-Qayl, Abul Khaththab Mahfuzh, dan Abul Hasan Muhammad al-Qadhi. Menurut sebagian sumber, ia belajar kepada Qadhi Abu Sa'id al-Mubarak ibn Ali al-Muharrami, ulama ternama pada zamannya di Baghdad. Meski Hadhrah Abdul Qadir belajar tasawuf dari Syekh Hammad al-Dabbas dan memasuki jalan tarekat melaluinya, ia sendiri dianugerahi jubah darwis, simbol jubah Nabi saw. oleh Qadhi Abu Sa'id. Silsilah ruhani Qadhi Abu Sa'id da­pat dirunut melalui Syekh Abut Hasan Ali Muhammad al­Qurasyi, Abut Faraj al-Tarsusi, al-Taminii, Syekh Abu Bakr al-Syibli, Abul Qasim, Siri al-Saqati, Ma'ruf al-Karkhi, Da­wud al-Tha'i, Habib al-A'zhami, dan Hasan al-Bashri hingga sampai pada Hadhrah Ali ibn Abi Thalib. Hadhrah Ali menerima jubah pengabdian dari Nabi Muhammad saw., kekasih Tuhan semesta alam, yang menerimanya dari jibril, dan ia menerimanya dari Yang Mahabenar.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada Syekh Abdul Qa­dir tentang apa yang diperolehnya dari Allah Swt. la men­jawab, "Ilmu dan akhlak mulia." Qadhi Abu Sa'id al-Mu­harraini mengajar di madrasahnya di Bab al-Azj, Baghdad. Kemudian la serahkan madrasah itu kepada Syekh Abdul Qadir, yang telah menjadi pengajar di sang. Ketika itu, Syekh Abdul Qadir berusia lima puluh tahun. Ucapannya yang sangat fasih dan dahsyat, mampu memengaruhi sia­pa saja yang mendengarnya. Murid-murid dan jamaahnya bertambah pesat. Dalam waktu yang sangat singkat, tak ada tempat lagi di madrasah itu untuk menampung mere­ka. Syekh Abdul Qadir bercerita tentang saat-saat pertama pengajarannya:

Suatu pagi aku bertemu Rasulullah saw. yang bertanya kepa­daku, "Mengapa kau diam saja?"

Aku berkata, "Aku orang Persia, bagaimana aku dapat berbahasa Arab dengan fasih di Baghdad?"

"Bukalah mulutmu," ujar Rasulullah. Aku menuruti pe­rintahnya. Rasulullah meniup mulutku tujuh kali dan berkata, "Berdakwahlah dan ajak mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan kata-kata yang baik."

Lalu aku salat zuhur dan beranjak menemui orang-orang yang telah menantikan ceramahku. Saat melihat mereka, aku gugup. Lidahku menjadi kelu. Tiba-tiba aku melihat Imam Ali mendekatiku dan memintaku membuka mulut. Lalu ia meniupkan napasnya ke mulutku sebanyak enam kali. Aku bertanya, "Mengapa tidak tujuh kali seperti yang dilakukan Rasulullah?"

"Karena aku menghormati Rasulullah," ujar Imam Ali, dan ia berlalu.

Seketika itu pula meluncur kata-kata yang sangat lancar dari mulutku: "Akal adalah penyelam, yang menyelami samu­dera hati untuk menemukan mutiara hikmah. Jika ia memba­wanya ke tepian wujudnya, ia akan memicu pengucapan kata, dan dengan itu ia membeli mutiara ibadah dan pengabdian kepada Allah ..." Lalu kukatakan, "pada suatu malam seperti malam-malam yang kualami, jika di antara kalian mampu menaklukkan berahinya, kematian akan menjadi sangat in­dah sehingga baginya, tak ada sesuatu pun yang dapat me­nandingi keindahannya."

Sejak saat itu dan seterusnya, baik ketika terjaga mau­pun terlelap, aku senantiasa menjalankan kewajibanku seba­gai pengajar. Ada begitu banyak ilmu keimanan dan agama dalam diriku. Ketika aku tak membicarakan atau melafalkan­nya, aku merasa ilmu-ilmu itu meluncur dengan sendirinya. Saat mulai mengajar, hanya ada beberapa murid yang men­dengarkanku. Namun, tak lama kemudian, mereka bertambah hingga tujuh puluh ribu orang.

Madrasah dan pondoknya tak lagi mampu menam­pung para pengikutnya. Dibutuhkan tempat yang lebih luas. Orang kaya dan miskin membantu mendirikan bangunan. Orang kaya membantu dengan hartanya dan orang miskin dengan tenaganya. Bahkan kaum wanita di Baghdad pun ikut membantu. Seorang wanita muda yang bekerja secara sukarela memperkenalkan suaminya yang enggan bergotong royong kepada Syekh. "Ini suamiku," katanya, "aku telah menerima mahar darinya sebanyak dua puluh keping emas. Separuhnya akan kuberikan kembali kepadanya, dan sepa­ruhnya lagi akan kubayarkan jika la ikut bekerja di sini." Lalu keping emas itu ia serahkan kepada Hadhrah Abdul Qadir, dan laki-laki itu pun mulai bekerja. la terus bekerja meskipun jatah uang maharnya telah habis. Kendati demi­kian, Syekh tetap membayarnya karma Syekh tahu bahwa ia miskin.

Hadhrah Abdul Qadir al-jailani adalah ulama dan Imam (Imam ilmu-ilmu agama, kalam, dan fikih, serta tokoh ter­kemuka. Mazhab Syafi'i dan Hanbali. Keberadaannya mem­beri manfaat yang sangat besar bagi semua orang. Doa dan kutukannya selalu dikabulkan. la memiliki banyak keistime­waan. la adalah manusia sempurna yang selalu mengingat Allah, bertafakur, merenung, serta belajar dan mengajar.

Hatinya lembut, perilakunya santun, dan parasnya se­nantiasa tampak ceria. la juga selalu bersimpati dan me­melihara perilaku yang mulia. Di mata orang-orang, ia tam­pil sebagai sosok yang berwibawa, dermawan, dan gemar memberi bantuan berupa uang, nasihat, maupun ilmu. la menyayangi sesama, terutama kaum mukmin yang taat dan selalu beribadah kepada Allah.

Penampilannya selalu terjaga sehingga terlihat tampan dan necis. la tak suka ngomong berlebihan. jika bicara, meski cepat, setiap kata maupun suku-katanya terdengar je­las. Bicaranya santun dan yang diucapkannya hanyalah ke­henaran. la sampaikan kebenaran dengan lantang dan tegas. Ia tak peduli apakah orang lain akan memuji, mencela, mengkritik, atau bahkan memakinya.

Ketika Khalifah al-Muqtafi mengangkat Yahya ibn Sa'id sebagai qadi, atau kepala pengadilan, Hadhrah Abdul Qadir mengkritiknya di hadapan khalayak, "Kau telah mengangkat orang yang sangat zalim sebagai hakim atas kaum mukmin. Mari kita saksikan apa pembelaanmu ketika kau dihadap­kan kepada Hakim Agung, Tuhan semesta alam." Mende­ngar kritikan pedas itu, khalifah gemetar dan menangis. la segera memecat qadi itu.

Saat itu, penduduk Baghdad mengalami kemerosotan moral dan perilaku. Berkat kehadiran Syekh Abdul Qadir, banyak penduduk yang benar-benar bertobat, menjaga pe­rilaku, dan menjalankan syariat Islam dengan baik. Orang­-orang pun semakin mencintai dan menghormati Syekh. Pengaruhnya semakin meluas. Orang saleh mencintainya dan para pelaku maksiat takut kepadanya. Banyak orang, termasuk raja, menteri, dan kaum bijak, datang meminta nasihatnya. Banyak Yahudi dan Kristen yang masuk Islam karenanya.

Ada seorang pendeta yang sangat bijak dan berpenga­ruh di Baghdad dan memiliki banyak pengikut. Ia memiliki pengetahuan yang luas, tidak hanya mengenai tradisi Ya­hudi dan Kristen, tetapi juga mengenai Islam. Ia pun me­ngetahui Kitab Suci Alquran dan sangat menghargai Nabi Muhammad saw. Khalifah menghormatinya dan berharap ia beserta pengikutnya masuk Islam. Sebenarnya, pendeta itu ingin memeluk agama Islam. Hanya saja, ia masih me­ragukan bahwa mikraj Nabi Muhammad saw. terjadi ber­ikut raganya.

Peristiwa mikraj itu terjadi ketika Nabi Muhammad saw. diperjalankan dari Madinah ke Yerusalem dengan jasad dan ruhnya, kemudian naik ke tujuh lapis langit Berta menyaksi­kan banyak hal. Beliau melihat surga dan neraka, lalu berte­mu dengan Allah Swt., yang menyampaikan sembilan ribu kata kepadanya. Saat pulang dari perjalanan itu, kasurnya belum mendingin dan daun yang tersentuh dalam perjalan­an belum berhenti bergoyang.

Akal pendeta itu tidak menerima peristiwa mikraj itu dan segala yang disampaikan oleh Nabi saw. sepulangnya dari perjalanan itu. Bahkan, sesungguhnya banyak kaum muslimin ketika itu yang tidak memercayai penjelasan Nabi Muhammad saw. dan menjadi murtad. Peristiwa itu benar­-benar menjadi ujian yang sangat berat bagi keimanan kaum

muslimin, karena akal tidak dapat menerima fenomena se­rupa itu.

Khalifah mengundang para bijak dan para syekh un­tuk meyakinkan si pendeta, namun tak ada yang mampu. Kemudian pada suatu sore, la memohon kepada Hadhrah Abdul Qadir untuk meyakinkan si pendeta mengenai kebe­naran mikraj Nabi Muhammad saw.

Ketika Abdul Qadir datang ke istana, si pendeta dan khalifah tengah bermain catur. Saat si pendeta mengang­kat sebuah bidak catur, tiba-tiba matanya beradu pandang dengan tatapan Syekh. Si pendeta memejamkan matanya.... Ketika membuka mata, tiba-tiba ia telah berada di sebuah sungai dan dihanyutkan oleh alirannya yang deras. la ber­teriak minta tolong. Seorang penggembala muda lompat ke sungai menyelamatkannya. Ketika pemuda itu memeluknya, ia sadar bahwa ia tidak berpakaian dan dirinya telah ber­ubah menjadi seorang gadis.

Si penggembala menariknya keluar dari sungai serta me­nanyakan keluarga dan rumahnya. Ketika gadis itu menye­butkan Baghdad, si penggembala mengatakan bahwa butuh waktu berbulan-bulan untuk sampai ke sana.. Si penggem­bala menghormati, menjaga, dan melindunginya. Namun, karena tak ada tempat yang ditujunya, si penggembala me­nikahinya. Dari pernikahan itu mereka memiliki tiga orang anak

Suatu hari, saat si istri mencuci pakaian di sungai yang menghanyutkannya beberapa tahun silam, la tergelincir dan jatuh ke air. Ketika tersadar dan membuka mata .... ia dapa­ti dirinya tengah duduk di hadapan Khalifah, memegang bi­dak catur, dan masih bertatapan pandang dengan Hadhrah Abdul Qadir, yang berujar kepadanya, "Hai pendeta yang malang, apakah saat ini kau masih enggan mengakui?"

Si pendeta, yang masih raga dan menganggap apa yang dialaminya itu hanyalah mimpi, menjawab, "Apa yang kau ­maksudkan?"

"Apakah kau ingin berjumpa dengan anak dan suam­imu?" tanya Syekh Abdul Qadir seraya membuka pintu. Di depan pintu istana itu telah berdiri si penggembala dengan tiga orang anaknya. Mengalami runtutan kejadian ini, si pendeta langsung menyatakan keimanannya dan mengakui kebenaran mikraj Nabi saw. la dan jamaahnya yang berjum­lah sekitar lima ribu orang masuk Islam melalui Hadhrah Abdul Qadir.

Bersambung ............

Oleh: Syekh Tosun Bayrak

Minggu, 10 April 2011

Mengenal Sang Sultan Aulia (Syekh Abdul Qadir Jailani) 1


Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir al-jailani, se­moga Allah merahmatinya, adalah al-ghawts al-a'zham, manifestasi sifat Allah "Yang Maha Agung", yang mendengar permohonan dan memberikan pertolongan, dan al-quthb al­a'zham—pusat dan ujung kembara ruhani, pemimpin ruhani dunia, Alquran hikmah, perbendaharaan ilmu, teladan iman dan Islam, pewaris hakiki kesempurnaan Nabi Muhammad. la termasuk manusia sempurna—insiln kdmil; pendiri Tarekat Qadiriyah, yang tersebar luas di dunia Islam dan telah men­jaga makna tasawuf selama berabad-abad hingga kini.

la lahir pada 470 H. (1077-1078 M.) di al-jily, kini ter­masuk wilayah Iran. Tahun kelahirannya ini didasarkan atas tahun ketika tiba di Baghdad bertepatan dengan wafatnya se­orang ulama terkenal, al-Tamimi, yakni pada 488 H. Ibu­nya, Ummul Khayr Fatimah binti al-Syekh Abdullah Sumi, keturunan Rasulullah saw. melalui cucu terkasihnya, Husain, menuturkan, "Anakku, Abdul Qadir lahir di bulan Rama­dan. Di siang hari bulan Ramadan, bayiku itu tak pernah mau diberi makan."

Diriwayatkan bahwa pada suatu Ramadan, ketika Abdul Qadir masih bayi, orang-orang tak dapat melihat hilal kare­na tertutup awan. Akhirnya, untuk menentukan awal puasa, mereka mendatangi rumah Ummul Khayr dan menanya­kan apakah bayinya sudah makan hari itu. Saat mengeta­hui bahwa anak itu tak mau makan, mereka yakin bahwa Ramadan telah tiba.

Syekh Abdul Qadir menceritakan pengalamannya di masa kecil:

Di waktu kecil, ada malaikat yang selalu datang kepada­ku setiap hari dalam rupa pemuda tampan. Ia menemaniku ketika aku berjalan menuju madrasah dan membuat teman­temanku selalu mengutamakan diriku. Ia menemaniku se­harian hingga aku pulang. Dalam sehari, aku peroleh ilmu lebih banyak daripada yang diperoleh teman-teman sebaya‑

ku selama satu minggu. Aku tak pernah mengenali pemuda itu. Suatu hari, ketika aku bertanya kepadanya, ia menjawab, "Aku adalah malaikat yang diutus Allah. Dia mengutusku un­tuk melindungimu selama kau belajar."

Dalam kesempatan yang lain la bercerita:

Setiap kali terlintas keinginan untuk bermain bersama te­man-temanku, aku selalu mendengar bisikan: "Jangan berma­in, tetapi datanglah kepadaku wahai hamba yang dirahmati." Karena takut, aku berlari ke dalam pelukan Ibu. Kini, meski­pun aku beribadah dan berkhalwat dengan khusyuk, aku tak pernah bisa mendengar suara itu sejelas dulu.

Ketika ditanya mengenai apa yang mengantarkannya ke­pada maqam ruhani yang tinggi, ia menjawab, "Kejujuran yang pernah kujanjikan kepada ibuku." Kemudian Syekh menuturkan kisah berikut:

Pada suatu pagi di hari raya Idul Adha, aku pergi ke ladang untuk membantu bertani. Ketika berjalan di belakang keledai, tiba-tiba hewan itu menoleh dan memandangku, lalu berka­ta, "Kau tercipta bukan untuk hal semacam ini!" Mendengar hewan itu berkata-kata, aku sangat ketakutan. Aku segera ber­lari pulang dan naik ke atap rumah. Ketika memandang kedepan, kulihat dengan jelas para jamaah haji sedang wukuf di Arafah.

Kudatangi ibuku dan memohon kepadanya, "Izinkan aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para orang bijak dan orang-orang yang dekat kepa­da Allah." Ketika ibuku menanyakan alasan keinginanku yang tiba-tiba, kuceritakan apa yang terjadi. Mendengar penuturan­ku, ia menangis sedih. Namun, ia keluarkan delapan puluh keping emas harta satu-satunya warisan ayahku. Ia sisihkan empat puluh keping untuk saudaraku. Empat puluh keping lainnya dijahitkannya di bagian lengan mantelku. Ia membe­riku izin untuk pergi seraya berwasiat agar aku selalu bersikap jujur, apa pun yang terjadi. Sebelum berpisah, ibuku berkata, "Anakku, semoga Allah menjaga dan membimbingmu. Aku ikhlas melepas buah hatiku karena Allah. Aku sadar, aku tak­kan bertemu lagi denganmu hingga hari kiamat."

Aku ikut sebuah kafilah kecil menuju Baghdad. Baru saja meninggalkan kota Hamadan, sekelompok perampok, yang terdiri atas enam puluh orang berkuda, menghadang kami. Mereka merampas semua harta milik anggota kafilah. Salah seorang perampok mendekatiku dan bertanya, "Anak muda, apa yang kaumiliki?" Kukatakan bahwa aku punya empat puluh keping emas. Ia bertanya lagi, "Di mana?" Kukatakan, "Di bawah ketiakku." la tertawa-tawa dan pergi meninggal­kanku. Perampok lainnya menghampiriku dan menanyakan hal yang sama. Aku menjawab sejujurnya. Tetapi seperti ka­wannya, ia pun pergi sambil tertawa mengejek. Kedua peram­pok itu mungkin melaporkanku kepada pemimpinnya, karena tak lama kemudian pimpinan gerombolan itu memanggilku agar mendekati mereka yang sedang membagi-bagi hasil ram­pokan. Si pemimpin bertanya apakah aku memiliki harta. Kujawab bahwa aku punya empat puluh keping emas yang dijahitkan di bagian lengan mantelku. Ia ambil mantelku, ia sobek, dan ia temukan keping-keping emas itu. Keheranan, ia bertanya, "Mengapa kau memberitahu kami, padahal hartamu itu aman tersembunyi?"

"Aku harus berkata jujur karena telah berjanji kepada ibuku untuk selalu bersikap jujur."

Mendengar jawabanku, pemimpin perampok itu tersung­kur menangis. la berkata, "Aku ingat janjiku kepada Dia yang telah menciptakanku. Selama ini aku telah merampas harta orang dan membunuh. Betapa besar bencana yang akan me­nimpaku!?" Anak buahnya yang menyaksikan kejadian itu berkata, "Kau memimpin kami dalam dosa. Kini, pimpinlah kami dalam tobat!" Keenam puluh orang itu memegang ta­nganku dan bertobat. Mereka adalah kelompok pertama yang memegang tanganku dan mendapat ampunan atas dosa-dosa mereka.

Abdul Qadir berusia delapan belas tahun ketika tiba di Baghdad. Saat tiba di gerbang kota, Khidir muncul dan me­larangnya memasuki kota. Khidir mengatakan bahwa Allah melarangnya memasuki kota itu selama enam tahun. Ke­mudian Khidir membawanya ke sebuah bangunan tua dan berkata, "Tinggallah di sini dan jangan pergi meninggalkan tempat ini."

Akhirnya la menetap di sana selama tiga tahun. Setiap tahun Khidir datang dan memerintahkannya menetap di sana. Mengenai pengalamannya di tempat itu, Syekh Abdul Qadir bercerita:

Selama menetap di padang pasir di luar Baghdad, semua yang kulihat hanyalah keindahan dunia. Semuanya menggodaku. Namun, Allah melindungiku dari godaannya. Setan, yang muncul dalam berbagai paras dan rupa, terus mendatang­iku, menggoda, mengusik, bahkan menyerangku. Allah selalu menjadikanku sebagai pemenang. Hawa nafsuku pun datang setiap hari dengan paras dan rupa diriku sendiri memohon agar aku sudi menjadi sahabatnya. Ketika kutolak, ia menye­rangku. Allah menjadikanku sebagai pemenang dalam pepe­rangan tanpa henti ini. Aku berhasil menjadikannya sebagai tawananku selama bertahun-tahun dan memaksanya tinggal di bangunan tua di padang pasir itu. Selama beberapa tahun aku hanya makan rerumputan dan akar-akaran yang dapat kutemukan. Selama itu pula aku tak pernah minum. Tahun berikutnya, aku hanya minum tanpa makan apa-apa. Dan ta­hun berikutnya aku tak makan, tak minum, bahkan tak tidur. Aku tinggal di bangunan tua istana raja-raja Persia di Karkh. Aku berjalan bertelanjang kaki di alas duri-duri padang pasir dan tak merasakan apa-apa. Aku terus berjalan. Setiap kali kulihat tebing, aku mendakinya. Tak sedikit pun kuberikan kesempatan kepada hawa nafsuku untuk beristirahat atau merasa nyaman.

Di akhir tahun ketujuh, pada suatu malam, aku mende­ngar satu suara menyeru, "Hai Abdul Qadir, kini kau dapat memasuki Baghdad."

Akhirnya, kumasuki kota Baghdad dan tinggal di sana selama beberapa hari. Namun, aku tak tahan menyaksikan ke­maksiatan, kesesatan, dan kelicikan yang merajalela di kota itu. Agar terhindar dari pengaruh buruknya, aku pergi me­ninggalkan Baghdad dengan hanya membawa Alquran. Na­mun, ketika tiba di gerbang kota itu untuk kembali menyen­diri di padang sahara, kudengar satu suara berbisik, "Kemana kau akan pergi?" katanya, "Kembalilah. Kau harus menolong masyarakat. "

"Kenapa harus kupedulikan orang-orang bobrok itu?" se­ruku lantang, "aku harus melindungi imanku."

"Kembalilah, dan jangan khawatirkan imanmu," bisikan suara itu terdengar lagi. "Tak ada sesuatu pun yang akan membahayakan dirimu." Aku tak dapat melihat siapa gerang­an yang berbicara itu.

Kemudian sesuatu terjadi atas diriku. Entah apa yang mendorongku, tiba-tiba aku bertafakur. Seharian aku berdoa kepada Allah semoga Dia berkenan membukakan tabir dariku sehingga mengetahui apa yang harus kulakukan.

Hari berikutnya, ketika aku mengembara di pinggiran Baghdad, di sekitar Muzafariyah, seorang lelaki, yang tak per­nah kukenal sebelumnya, membuka pintu rumahnya dan me­manggilku, "Hai Abdul Qadir!"

Ketika berada tepat di depan pintu rumahnya, ia berka­ta, "Katakan kepadaku apa yang kauminta kepada Allah? Apa yang kaudoakan kemarin?"

Aku diam terpaku. Tak dapat kutemukan jawaban. Orang itu menatapku, lalu tiba-tiba membanting pintu dengan sa­ngat keras sehingga debu-debu beterbangan dan mengotori nyaris seluruh tubuhku. Aku pergi, sambil bertanya-tanya apa yang kupinta kepada Allah sehari sebelumnya. Aku berhasil mengingatnya, lalu kembali ke rumah orang itu untuk mem­berikan jawaban. Namun, rumah tadi tak dapat kutemukan,

begitu pun orang itu. Rasa takut menyelubungiku. Pikirku, ia tentu orang yang dekat kepada Allah. Kelak, aku mengetahui bahwa orang itu adalah Hammad al-Dabbas, yang kemudian menjadi guruku.

Pada suatu malam yang dingin, di tengah guyuran hu­jan deras, tangan gaib menuntun Abdul Qadir ke tekke, pa­depokan tasawuf milik Syekh Hammad ibn Muslim al-Dab­bas. Pemimpin padepokan itu, yang mengetahui kedatang­an Abdul Qadir melalui ilham, memerintahkan agar pintu padepokan ditutup dan lampu dipadamkan. Setibanya di depan pintu padepokan, Abdul Qadir dilanda kantuk yang hebat dan langsung tertidur lelap. Dalam tidurnya la ber­hadas besar sehingga ia pergi untuk mandi dan berwudu di sungai. Usai bersuci, kembali la tertidur dan berhadas lagi—hingga tujuh kali dalam semalam. Tujuh kali la mandi dan berwudu dengan air yang nyaris membekukan tubuh. Keesokan pagmya, pintu padepokan dibuka dan ia pun ma­suk ke dalamnya. Syekh Hammad bangkit untuk mengucap­kan salam kepadanya. Dengan penuh sukacita, Syekh me­meluknya dan berkata, "Wahai anakku, Abdul Qadir, hari ini keberuntungan milik kami. Esok, engkaulah pemiliknya.

Jangan pernah tinggalkan jalan ini." Syekh Hammad men­jadi guru pertamanya dalam tasawuf. Melalui tangan Syekh itulah ia bersumpah dan memasuki jalan tarekat.

Mengenai hal ini, Abdul Qadir meriwayatkan:

Aku belajar kepada banyak guru di Baghdad. Namun, setiap kali aku tak dapat memahami sesuatu atau ingin mengeta­hui suatu rahasia, Syekh Hammad memberiku penjelasan. Kadang-kadang aku memintanya mencari ilmu dari ularna lain—mengenai akidah, hadis, fikih, dan lain-lain. Setiap kali aku pulang ke padepokan, ia selalu bertanya,

"Ke mana saja kau? Selama kepergianmu, kami dapat­kan begitu banyak makanan yang sangat lezat bagi tubuh, akal, Serta jiwa dan tak sedikit pun yang kami sisakan un­tukmu!"

Di saat yang lain, ia berkata, "Demi Allah, dari mana saja? Adakah orang lain di sini yang lebih tahu daripada engkau?"

Murid-muridnya selalu mengusikku dengan mengatakan, "Kau adalah ahli fikih, mahir menulis, dan ahli ilmu. Meng­apa kau tidak keluar saja dari sini?"

Syekh menegur dan menenangkan mereka, "Sungguh me­malukan! Aku bersumpah, tak ada di antara kalian yang se­perti dia. Tak ada seorang pun di antara kalian yang lebih tinggi dari tumitnya! jika kalian kira bahwa aku iri kepada­nya dan kalian mendukungku, ketahuilah bahwa aku justru akan mengujinya dan mengantarkannya kepada kesempurna­an. Ketahuilah, di alam ruhani, kedudukannya seperti batu sebesar gunung."

Oleh: Syekh Tosun Bayrak